Kifovir, Antivirus untuk Terapi HIV dan Hepatitis B Kronis





HIV (human immunodeficiency virus) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengan nama yang sama. Hingga kini belum ditemukan secara konkret terapi yang dapat menyembuhkannya secara total. Namun, dunia medis menemukan kandungan obat yang berfungsi menurunkan jumlah virus dalam darah. Di Indonesia, Kimia Farma men jual Kifovir, sebagai merek dagang pada obat tersebut.

Penderita HIV sendiri rentan terhadap penyakit Hepatitis B. Diperkirakan 1/3 dari pasien pengidap HIV juga mengidap HBV atau HVC. Hal ini dikarenakan cara penularan yang sama, yaitu melalui cairan tubuh seperti darah, vagina, serta cairan semen dan alat suntik yang digunakan secara bersamaan. Selain itu, terdapat indikasi bahwa wanita hamil dapat menurunkan virus pada bayi dalam kandungan.

Komplikasi HIV dan Hepatitis B Virus (HBV) dalam darah memiliki kemungkinan kematian yang tinggi. Hal ini dikarenakan kedua virus menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sehingga kemampuan tubuh untuk melawan ketika terinfeksi penyakit akan menurun. Bahkan, dalam tingkatan lebih lanjut berakibat radang pada bagian dalam organ tubuh, yaitu hati.

Kandungan dan Mekanisme Kerja Kifovir

Kifovir mengandung tenofovir disoproxil fumarate. Kandungan tersebut berfungsi sebagai antivirus. Tenofovir termasuk dalam kelompok antivirus Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI). NRTI adalah analog nukleopeptida yang bekerja dengan cara menghambat replikasi virus dan berimbas pada penghentian kerja enzim reverse transcriptase.

Kifovir berlaku sebagai terapi yang dikenal dengan sebutan antiretroviral (ART) dan aktif pada HIV-1, HIV-2 serta HBV. Pada pasien HIV, fungsi terapi pada adalah sebagai pengubah RNA HIV yang akan dibentuk menjadi DNA sebelum kode genetik HIV masuk ke dalam kode genetik sel terinfeksi HIV.

Secara singkat, mekanisme kerja antivirus kelompok NRTI ini adalah menurunkan kemampuan replikasi virus. Sehingga memberikan efek penguatan sistem kekebalan tubuh, karena penekanan jumlah HIV yang terinfeksi dalam darah. Sehingga, menurunkan risiko komplikasi pada penderita HIV.

Pada pasien Hepatitis B Kronik, terapi ini adalah alternatif pertama yang digunakan pada pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit ginjal akut. Mekanisme kerjanya sama seperti pada pasien terinfeksi HIV. Pada penyakit ini yang ditekan adalah replikasi HBV pada DNA dalam darah.

Pemberian antivirus Kifovir tidak dapat sembarangan. Pemberian secara oral harus menggunakan resep dokter karena penyesuaian dosis dengan rentang usia tertentu. Pada penyakit yang sama, Kifovir bahkan tidak dapat diberikan pada pasien dengan usia di atas 65 tahun. Pemberiannya juga harus dibarengi dengan ART lain untuk menurunkan risiko resistensi terhadap antivirus tenofovir.

Mengkonsumsi kifovir juga harus memerhatikan penggunaan obat lain karena ada kemungkinan interaksi obat yang tidak diharapkan. Kandungan yang harus diperhatikan antara lain ddl, atazanavir, lopinavir, asiklovir, dan sebagiannya. Sehingga dalam proses pemberian resep, biasanya doktek akan memastikan semua obat, jamu dan suplemen yang digunakan oleh pasien.

Obat ini dapat diperoleh di berbagai toko offline ataupun online. Salah satunya adalah pada e-commerce Farmaku.com. Website ini jual Kifovir dengan harga yang relatif terjangkau. Perbotol dengan isi 30 tablet salut selaput, Kifovir dijual dengan harga Rp 539.000,-. Namun, Farmaku.com memberikan diskon sebesar 4% sehingga harga beli menjadi Rp 515.000,-/botol.

Sekian informasi mengenai Kifovir, pastikan untuk membeli pada penjual Kifovir yang dapat dipertanggungjawabkan produknya. Pembelian Kifovir pada Farmaku.com merupakan salah satu pilihan yang baik, selain mendapatkan diskon menarik. Pelanggan akan diberikan poin reward yang dapat digunakan pada transaksi berikutnya. Semoga bermanfaat.


Belum ada Komentar untuk "Kifovir, Antivirus untuk Terapi HIV dan Hepatitis B Kronis"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel